[REVIEW] Suicide Squad : Kill the Justice League (PC)

[REVIEW] Suicide Squad : Kill the Justice League (PC)

Siapgame.com – Rocksteady Studios, yang dikenal lewat seri Batman: Arkham, menghadapi tantangan besar ketika mereka mengumumkan game baru mereka, Suicide Squad: Kill the Justice League pada tahun 2020 lalu. Banyak yang meragukan ide di balik permainan ini, di mana pemain harus mengambil peran sebagai penjahat yang diberi tugas untuk menghabisi Justice League. Mengakhiri nyawa Superman dan koleganya hanya dengan senjata konvensional? Apakah itu bahkan mungkin?

Tidak hanya itu, penerbit WB Games, yang memiliki hak cipta Suicide Squad: Kill the Justice League, juga memiliki sejarah yang kurang memuaskan dengan game multiplayer berbasis superhero DC. Ingatlah game Gotham Knights yang dirilis pada tahun 2022? Meskipun menonjolkan mode multiplayer, game ini hanya berhasil meraih ulasan “Mixed” di Steam sampai saat tulisan ini dibuat.

Mengambil pelajaran dari pengalaman Gotham Knights, WB Games dan Rocksteady akhirnya memutuskan untuk menghadirkan Suicide Squad: Kill the Justice League. Namun, apakah hasilnya kali ini akan sesuai dengan harapan?

Penulis berkesempatan untuk mencoba versi review Suicide Squad: Kill the Justice League untuk PC. Pada pandangan pertama, permainan ini tampaknya dirancang dengan sangat baik oleh Rocksteady Studios. Namun, setelah mencoba isinya, penulis menemukan bahwa kedalamannya tidak sesuai dengan ekspektasi. Nah seperti apa game-nya? Dan apakah layak untuk dimainkan? Yuk simak ulasannya berikut ini gaes!

Strategi Membunuh Para Pahlawan DC

Inti dari cerita Suicide Squad: Kill the Justice League sebenarnya cukup sederhana: bagaimana cara membunuh para pahlawan super yang memiliki kekuatan luar biasa. Tema ini tentu saja kontroversial karena biasanya pahlawan super dianggap sebagai simbol kebaikan dan teladan bagi masyarakat. Namun, di dalam game ini, hal tersebut dibalik.

Hanya dari konsepnya saja, Suicide Squad: Kill the Justice League sudah menimbulkan pro dan kontra. Rocksteady tampaknya berusaha mencoba hal baru, namun pelaksanaannya dalam permainan terasa kurang memuaskan. Kematian seorang pahlawan seharusnya menjadi momen yang tidak terlupakan. Namun, jika kematian mereka hanya dianggap sepele seperti karakter NPC biasa, seperti yang terjadi di Suicide Squad: Kill the Justice League, hal itu jelas mengecewakan.

Brainiac sebagai Katalisator

Agar pemain memiliki alasan untuk menghabisi Justice League, sebuah latar belakang cerita dibangun sebagai pemicu utama. Para pahlawan DC ini ternyata menjadi korban cuci otak oleh seorang alien bernama Brainiac. Dengan kekuatannya, Brainiac berhasil mengubah Justice League dari musuh menjadi sekutu untuk membantunya menguasai Bumi. Rencananya dimulai dari kota Metropolis, yang dalam permainan ini sudah seperti kota mati.

Tanpa perlindungan, manusia terpaksa bergantung pada para penjahat, yang ironisnya ditangkap oleh para pahlawan yang telah diserahkan kepada Brainiac. Pemain akan mengendalikan Harley Quinn, Deadshot, Captain Boomerang, dan King Shark, yang bergabung dalam satuan bernama Task Force X alias Suicide Squad. Mereka dipaksa bekerja oleh kelompok A.R.G.U.S. di bawah komando Amanda Waller. Jika Suicide Squad menolak atau melarikan diri, kepala mereka akan meledak.

Demikianlah alur cerita Suicide Squad: Kill the Justice League. Suka atau tidak, memainkan game ini akan membawa Anda ke dalam peran penjahat DC yang diberi tugas untuk memburu para pahlawan. Untungnya, kepribadian para penjahat ini dibentuk dengan baik oleh Rocksteady dan menawarkan perspektif baru dalam game bertema superhero.

Penjahat dengan Karakter Unik

Salah satu daya tarik utama dari Suicide Squad: Kill the Justice League adalah karakter-karakternya. Harley Quinn yang gila namun juga humoris, dengan kadang-kadang menunjukkan keempatian. Deadshot dengan karakter seorang tentara yang sangat protektif terhadap keluarganya. Captain Boomerang yang kurang ajar, dan King Shark yang kuat namun polos, mirip dengan Drax dari Guardians of the Galaxy.

Kepribadian masing-masing karakter membuat permainan terasa lebih hidup. Interaksi antara mereka selalu menarik untuk diamati, baik itu lelucon saling mengolok atau persaingan untuk membuktikan siapa yang lebih baik. Pada beberapa momen, mereka bahkan mempertanyakan makna dari kepahlawanan itu sendiri, karena pahlawan yang seharusnya melawan mereka malah melakukan perbuatan yang lebih jahat.

Suicide Squad: Kill the Justice League juga memperkenalkan pemain pada berbagai penjahat dari alam semesta DC. Mulai dari Penguin yang ahli dalam pembuatan senjata hingga Poison Ivy yang mampu hidup kembali secara ajaib. Penulisngnya, karakter-karakter ini tidak digali secara mendalam dan hanya muncul sebagai NPC biasa.

Kualitas Grafis yang Mengesankan

Dari segi grafis dan visual, Suicide Squad: Kill the Justice League layak mendapat pujian. Seperti game AAA pada umumnya, game ini menawarkan kualitas grafis yang luar biasa. Penulis tidak menemukan kekurangan visual selama bermain.

Kota Metropolis, yang menjadi latar belakang permainan, dirancang dengan baik oleh Rocksteady. Sesuai dengan julukannya sebagai City of Future, Metropolis dipenuhi dengan bangunan tinggi dan monorel sebagai sarana transportasi utama. Kota ini juga memiliki bangunan pencakar langit seperti LexCorp milik Lex Luthor. Tema futuristiknya diperkuat dengan patung-patung manusia yang tersisa setelah serangan Brainiac.

Pemain juga dapat mengunjungi tempat-tempat ikonik di Metropolis, seperti Hall of Justice sebagai markas besar Justice League. Daily Planet, kantor berita tempat Clark Kent alias Superman bekerja, juga dapat dikunjungi di dalam permainan ini, bersama dengan banyak easter egg lainnya dari DC.

Kualitas Rocksteady dalam menghadirkan karakter dalam permainan juga terlihat di Suicide Squad: Kill the Justice League. Emosi dari karakter-karakter tersebut terasa nyata melalui animasi wajah yang detail. Ditambah dengan skenario yang baik, setiap dialog dalam permainan menjadi menarik untuk diikuti.

Para pengisi suara, termasuk legenda Kevin Conroy, juga memberikan penampilan yang memukau. Suara-suara ini memberi kehidupan pada karakter-karakter dalam Suicide Squad: Kill the Justice League.

Gameplay yang Kurang Memuaskan

Suicide Squad: Kill the Justice League menawarkan pengalaman bermain yang dinamis dengan memperkenalkan empat karakter yang dapat dimainkan. Namun, meskipun Harley Quinn, Deadshot, Captain Boomerang, dan King Shark terlihat memiliki gaya bermain yang berbeda, mereka sebenarnya bermain dengan cara yang sama.

Dibandingkan dengan Marvel’s Avengers yang menawarkan perbedaan yang signifikan dalam gaya bermain setiap karakter, Suicide Squad: Kill the Justice League terasa kurang bervariasi. Setiap karakter hanya memiliki serangan dasar yang sama: pukulan melee dan tembakan.

Meskipun demikian, mekanik Traversal memberi warna tersendiri dalam permainan. Misalnya, Harley Quinn menggunakan drone dan grappling hook Batman, sedangkan Captain Boomerang menggunakan sarung tangan bertenaga Speed Force yang memungkinkannya berlari dengan cepat seperti Flash. Menguasai mekanik Traversal setiap karakter membutuhkan waktu dan latihan.

Selain senjata api, setiap karakter juga memiliki senjata jarak dekat dan mod pelindung. Namun, kekecewaan datang ketika penulis menyadari bahwa setiap karakter menggunakan tipe senjata yang sama. Kustomisasi senjata yang ada menawarkan kedalaman, tetapi gameplay yang kurang mendalam mengurangi potensi fitur ini.

Quest yang Membosankan dan Multiplayer yang Sepi

Meskipun terdapat variasi quest dalam permainan, baik dalam main story maupun side quest, mereka terasa monoton. Kebanyakan dari mereka hanya meminta pemain untuk menghabisi musuh secara bergelombang, mempertahankan area tertentu, atau menyelamatkan orang dengan mengecilkan mereka dan membawa ke zona aman.

Ada beberapa momen menarik, terutama ketika bertemu dengan Batman. Namun, hal tersebut hanya merupakan peristiwa satu kali. Setelah menyelesaikan quest, satu-satunya hal yang menghibur penulis adalah menonton cutscene yang terjadi setelahnya. Itu pun terasa kurang.

Mode multiplayer, yang seharusnya menjadi daya tarik utama, malah terasa sepi. Sulit untuk menemukan pemain lain, bahkan setelah menunggu lebih dari 30 menit. Fakta ini cukup mengkhawatirkan mengingat Suicide Squad: Kill the Justice League diharapkan menjadi game live service dengan pemain yang ramai.

Aspek Teknis

Dari segi grafis, Suicide Squad: Kill the Justice League membutuhkan spesifikasi yang tinggi. Penulis dapat memainkannya dengan lancar pada PC dengan spesifikasi tinggi, namun perlu disadari bahwa game ini cukup menuntut untuk PC dengan spesifikasi rendah.

Secara teknis, penulis tidak menemui bug yang mengganggu atau kejadian crash selama bermain. Ada satu kejadian glitch di mana musuh tidak menyerang penulis sama sekali, tetapi hal itu hanya terjadi sekali.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, Suicide Squad: Kill the Justice League menawarkan sudut pandang yang menarik dalam cerita superhero. Namun, kekurangannya adalah kurangnya momen yang berkesan setelah tim Suicide Squad berhasil menghabisi Justice League. Beruntung, kepribadian karakter-karakter utama menjadi penolong dalam mengatasi kelemahan cerita. Dialog mereka selalu menarik untuk diikuti.

Dari segi visual dan grafis, Suicide Squad: Kill the Justice League memenuhi standar game AAA. Fitur kustomisasi yang mendalam juga menjadi nilai tambah. Namun, gameplay yang kurang memuaskan membuat semua itu terasa sia-sia. Ditambah lagi, mode multiplayer yang sepi membuat pengalaman bermain sendiri dengan bantuan bot yang tidak efektif.

Untuk skor, penulis akan memberikan skor 3,5/5 untuk Suicide Squad: Kill the Justice League.